Nama : Argi saputra
Nim/ BP : 1109042/2011
Matkul : Genesa Bahan Galian
Jurusan : Teknik pertambangan UNP
A. Sejarah Semen
Sebenernya,
abad ke-18 (ada juga yang bilang 1700 M) seorang insinyur Sipil, John Smeaton
udah bikin ramuan cikal bakal semen, yaitu adonan campuran antara batu kapur
dan tanah liat yang kemudian dia pakai untuk membangun menara suar Eddystone di
lepas pantai Comwall, Inggris. Tapi, bukan Smeaton yang mempatenkan cikal bakal
semen ini. Seorang insinyur yang juga berkebangsaan Inggris, Josep Aspdin lah
yang mengurus hak paten pada tahun 1824, yang kemudian dia sebut Semen
Portland. Dinamai begitu karena warna hasil akhir olahannya mirip tanah liat
yang ada di Pulau Portland, Inggris.
Semen merupakan
bahan bangunan yang digunakan untuk merekat, melapis, membuat beton, dll. Semen
yang terbaik saat ini adalah semen Portland yang ditemukan tahun 1824 oleh
Joseph Aspdin.
Bahan Baku
Pembuatan Semen:
1. Batu kapur
Batu kapur
merupakan Komponen yang banyak mengandung CaCO3 dengan sedikit tanah lia,
Magnesium Karbonat, Alumina Silikat dan senyawa oksida lainnya. Senyawa besi
dan organik menyebabkan batu kapur berwarna abu-abu hingga kuning.
2. Tanah Liat
Komponen utama
pembentuk tanah liat adalah senyawa Alumina Silikat Hidrat Klasifikasi Senyawa
alumina silikat berdasarkan kelompok mineral yang dikandungnya : Kelompok Montmorilonite
Meliputi : Monmorilosite, beidelite, saponite, dan nitronite Kelompok Kaolin
Meliputi : kaolinite, dicnite, nacrite, dan halaysite Kelompok tanah liat
beralkali Meliputi : tanah liat mika (ilite).
3. Pasir Besi
dan Pasir Silikat
Bahan ini merupakan
Bahan koreksi pada campuran tepung baku (Raw Mix) Digunakan sebagai pelengkap
komponen kimia esensial yang diperlukan untuk pembuatan semen Pasir Silika
digunakan untuk meneikkan kandungan SiO2 Pasir Besi digunakan untuk menaikkan
kandungan Fe2O3 dalam Raw Mix.
4. Gypsum (
CaSO4. 2 H2O )
Berfungsi
sebagai retarder atau memperlambat proses pengerasan dari semen Hilangnya
kristal air pada gipsum menyebabkan hilangnya atau berkurangnya sifat gipsum
sebagai retarder
PROSES PEMBUATAN SEMEN
Semen dapat dibuat dengan 2 cara Proses Basah Proses
Kering Perbedaannya hanya terletak pada proses penggilingan dan
homogenisasi.
1. QUARRY ( PENAMBANGAN ):
Bahan tambang berupa batu kapur, batu silika,tanah
liat, dan material-material lain yang mengandung kalsium, silikon,alumunium,dan
besi oksida yang diekstarksi menggunakan drilling dan blasting.
- Penambangan Batu Kapur:
Membuang
lapisan atas tanah Pengeboran Membuat lubang dengan bor untuk tempat Peledakan
Blasting ( peledakan ) Dengan teknik electrical detonation.
- Penambangan Batu Silika:
Penambangan
silika tidak membutuhkan peledakan karena batuan silika merupakan butiran yang
saling lepas dan tidak terikat satu sama lain. Penambangan dilakukan dengan
pendorongan batu silika menggunakan dozer ke tepi tebing dan jatuh di loading
area.
- Penambangan Tanah Liat:
Penambangan
Tanah Liat Dilakukan dengan pengerukan pada lapisan permukaan tanah dengan
excavator yang diawali dengan pembuatan jalan dengan sistem selokan selang
seling.
2. Crushing:
Pemecahan
material material hasil penambangan menjadi ukuran yang lebih kecil dengan
menggunakan crusher. Batu kapur dari ukuran < 1 m → < 50 m Batu silika
dari ukuran < 40 cm→ < 200 mm
3.CONVEYING:
Bahan mentah
ditransportasikan dari area penambangan ke lokasi pabrik untuk diproses lebih
lanjut dengan menggunakan belt conveyor.
4. RAW MILL ( PENGGILINGAN BAHAN BAKU ):
Proses Basah
Penggilingan dilakukan dalam raw mill dengan menambahkan sejumlah air kemudian
dihasilkan slurry dengan kadar air 34-38 %.Material-material ditambah air
diumpankan ke dalam raw mill. Karena adanya putaran, material akan bergerak
dari satu kamar ke kamar berikutnya.Pada kamar 1 terjadi proses pemecahan dan
kamar 2/3 terjadi gesekan sehingga campuran bahan mentah menjadi slurry.
Proses Kering Terjadi
di Duodan Mill yang terdiri dari Drying Chamber, Compt 1, dan Compt 2.
Material-material dimasukkan bersamaan dengan dialirkannnya gas panas yang
berasal dari suspension preheater dan menara pendingin. Pada ruangan pengering
terdapat filter yang berfungsi untuk mengangkut dan menaburkan material
sehingga gas panas dan material berkontaminasi secara merata sehingga efisiensi
dapat tercapai. Terjadi pemisahan material kasar dan halus dalam separator.
5. HOMOGENISASI:
Proses Basah
Slurry dicampur di mixing basin,kemudian slurry dialirkan ke tabung koreksi;
proses pengoreksian. Proses Kering Terjadi di blending silo dengan sistem
aliran corong.
6. Pembakaran/ Pembentukan Clinker:
Pembakaran/
Pembentukan Clinker terjadi di dalam kiln. Kiln adalah alat berbentuk tabung
yang di dalamnya terdapat semburan api. Kiln di design untuk memaksimalkan
efisiensi dari perpindahan panas yang berasal dari pembakaran bahan bakar.
PEMBENTUKAN CLINKER:
Proses yang
terjadi di dalam kiln: Pengeringan Slurry Pemanasan Awal Kalsinasi Pemijaran
Pendinginan Penyimpanan Klinker
PENGERINGAN SLURRY:
PENGERINGAN
SLURRY terjadi pada daerah 1/3 panjang kiln dari inlet pada temperatur
100-500◦C sehingga terjadi pelepasan air bebasdan air terikat untuk mendapatkan
padatan tanah kering.
Pemanasan Awal :
Pemanasan Awal
terjadi pada daerah 1/3 setelah panjang kiln dari inlet. Selama pemanasan tidak
terjadi perubahan berat dari material tetapi hanya peningkatan suhu yaitu
sekitar 600°C dengan menggunakan preheater.
KALSINASI:
KALSINASI
Penguraian kalsium karbonat menjadi senyawa-senyawa penyusunnya pada suhu 600
oC.
reaksinya:
CaCO3 → CaO +
CO2 MgCO3 → MgO + CO2
PEMIJARAN:
Reaksi antara
oksida-oksida yang terdapat dalam material yang membentuk senyawa hidrolisis
yaitu C4AF, C3A, C2S pada suhu 1450° C membentuk Clinker.
PENDINGINAN:
terjadi
pendinginan Clinker secara mendadak dengan aliran udara sehingga Clinker
berukuran 1150-1250 gr/liter. Clinker yang keluar dari Cooler bersuhu 150-250°
C.
TRANSPORTASI & PENYIMPANAN CLINKER :
Klinker kasar
akan jatuh kedalam penggilingan untuk dihaluskan. Kemudian dengan drag chain,
klinker yang telah dihaluskan diangkut menuju silo klinker atau langsung ke
proses cement mill untuk diproses lebih lanjut menjadi semen.
CEMENT MILL:
Merupakan
proses penggilingan akhir dimana terjadi pebghalusan clinker-clinker bersama 5
% gipsum alami atau sintetik. Secara umum, dibagi menjadi 3 proses:
Penggilingan clinker Pencampuran Pendinginan.
KEUNTUNGAN & KERUGIAN PROSES BASAH :
Kadar
alkalisis, klorida,dan sulfat tidak menimbulkan gangguan penyempitan dalam
saluran material masuk kiln. Deposit yang tidak homogen tidak berpengaruh
karena mudah untuk mencampur dan mengoreksinya. Pencampuran dan koreksi slurry
lebih mudah karena berupa larutan. Fluktuasi kadar air tidak berpengaruh pada
proses. KERUGIAN Proses basah baik digunakan hanya bila kadar air bahan bakunya
cukup tinggi Pada waktu pembakaran memerlukan banyak panas, sehingga konsumsi
bahan bakar lebih banyak Kiln yang dipakai lebih panjang karena proses
pengeringan yang terjadi dalam kiln menggunakan 22 % panjang kiln.
KEUNTUNGAN
& KERUGIAN PROSES KERING:
KEUNTUNGAN: Kiln yang digunakan relatif pendek
Kebutuhan panas lebih rendah.
KERUGIAN: Rata-rata kapasitas kiln lebih besar
Fluktuasi kadar air menganggu operasi, karena materail lengket di inlet kiln
Terjadipenebalan/penyempitan pada saluran pipa kiln.
Hasil Akhir:
Semen PPC:
semen campuran yang menggunakan pozzolan sebagai bahan tambahan pada campuran
terak dan gips dalam proses penggilingan akhir. Sesuai untuk pengecoran beton
massa, dam, irigasi, bangunan tepi laut atau rawa, yang memerlukan ketahanan
sulfat dan panas hidrasi sedang.
Jenis-Jenis
Semen:
Sement Portlan
a. Sement
Portland Type I (Ordinary Portland Cement) dipakai untuk keperluan konstruksi
bangunan biasa yang tidak memerlukan persyaratan khusus, seperti bangunan rumah
pemukiman, gedung-gedung sekolah dan perkantoran, bangunan pabrik, gedung
bertingkat, dll.
b. Semen
Portland Type II (Moderate Heat Semen) Dipakai untuk keperluan beton yang
memerlukan ketahanan sulfat atau panas hidrasi sedang. Biasanya semen ini
digunakan untuk bangunan pinggir laut (pelabuhan), aliran irigasi, landasan
jembatan, bangunan di bekas tanah rawa, beton massa untuk dam-dam.
c. Semen
Portland Type III ( High Early Strength Cement) Dipakai untuk konstruksi
bangunan yang memerlukan kekuatan tekan tinggi pada fase permulaan setelah
pengikatan terjadi. Biasanya digunakan untuk daerah yang bersuhu dingin,
bangunan bertingkat, dan bangunan dalam air yang tidak memerlukan ketahanan
terhadap sulfat.
d. Semen
Portland Type IV (Low Heat Cement) penggunaanya memerlukan panas hidrasi rendah
karena mengandung C4AF dan C2S lebih banyak. Pengerasan dan perkembangan
kekuatanya lambat. Digunakan untuk bangunan di daerah panas, pembuatan beton
atau konstruksi berdimensi tebal.
e. Semen
Portland Type V (Sulfate Resistance Cement) semen portland dengan daya tahan
sulfat yang tinggi termasuk tahan terhadap larutan garam sulfat dalam air.
Digunakan untuk bangunan yang berhubungan dengan air laut, air buangan
industri, bangunan yang pengaruh gas atau uap kimia yang agresif dan bangunan
yang selalu berhubungan dengan air panas.
2. Oil Well
Cement (OWC) Class G-HSR: Digunakan untuk pembuatan lapisan sumur minyak yang
dalam dan untuk menyumbat sumur setelah dibor.
Class A,
digunakan untuk kedalaman 1830 m.
Class B,
digunakan untuk kedalaman 1830 m, dengan ketahanan terhadap sulfat tingkat
menengah dan tinggi.
Class C, untuk
kedalaman 1830 m, dengan ketahanan awal yang tinggi dan ketahanan sulfat
tingkat menengah dan tinggi.
Class G, untuk
kedalaman 2440 m, sering disebut juga dengan basic OWC karena adanya penembahan
aditif sehingga dapat digunakan untuk berbagai kedalaman.
3. Sement
Portland Campur (Mixed Cement) disebut juga Super Masonry Cement. Digunakan
untuk konstruksi ringan, sedang, untuk plesteran, pemasangan bata dan bahan
bangunan.
4. Masonry Cement Type M,S,N: Semen ini digunakan
untuk plesteran, pemasangan bata, dan keramik.
5. Semen Putih: dapat digunakan untuk plamir tembok,
pembutan tekel / traso, pemasangan keramik, tegel dan marmer. Semen jenis ini
mudah diberi warna sesuai keinginan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar